Minggu, 13 Desember 2009

penyakit penganggutan......?

Kondisi badan gue drop lagi.
Ga karuan rasanya. Udah 5 hari gue terkapar menderita dengan segala erangan penuh kesakitan. Gue kena penyakit paraaaaaaaaaaaaaaaaaaaaah banget. Jerawat.
Ngaco!!
Serius, selama 5 hari terakhir gue merasa dalam kondisi yang tidak bisa bekerja secara baik dan benar. Perut gue, tepatnya dibagian bawah ulu hati terasa nyeri sangat. Ditambah komplikasi mencret dan badan lemas. Sampai akhirnya, kemaren gue terpaksa mengunjungi Rumah Sakit.
Yah, kemaren, setelah jam kantor, gue periksa. Ditemeni Suryadi, temen kerja sekaligus temen kos yang begitu setia menemani kemanapun gue pergi dengan motor BMW (Bebek Merah Warnanya), motor keramat. Yah, dia sangat setia kawan. Apalagi mengingat dia adalah pemuda perjaka asal Banyuwangi yang baru sekali menginjak kota Bandung, dan ga punya kendaraan, jadilah dia, bagai ikan dan kotoran, selalu mengikuti kemana gue pergi.
Diatas motor, kita berpelukan. Erat. Menggigil kedinginan. Gue yang sering berada dalam posisi mengendarai, sering sekali merasakan ‘ada sesuatu menyodok bagian belakang tubuh gue’.
Romansa penuh kehomoan ternyata ga pernah lepas dari gue. Hueeeh…
Eh, back to topic guys.
Sebagai seorang pegawai bank besar, gue dapat keuntungan asuransi kesehatan. So, gue dapat keringanan (bahkan gratis) buat periksa di Rumah Sakit rujukan yang ditunjuk oleh perusahaan. Wew, yah lumayan buat ngirit gaji toh. Yang perlu dicatat, kami berdua adalah orang yang sangat awam dengan kota Bandung. Kemanapun kami pergi, selalu ditemani peta. Bayangkan, disetiap lampu merah, kita selalu buka peta lebar-lebar. Kemudian dengan penuh keluguan, Suryadi berteriak dengan logat Jawa Timurnya “Waduh rek!! Kita kesasar lagiiiii!! Ini dimana!??”
Dan gue dengan penuh amarah, hanya bisa merintih kesakitan “…Mati gue.Bakal mencret dicelana…”
Ini sempat membuat para pengguna jalan terlena. Mungkin mereka berpikir “Kenapa ada tukang sate teriak-teriak di jalan?”
Yah, sempet beberapa kali nyasar, akhirnya gue sampai di sebuah Rumah Sakit. Well, hati gue terasa lega. Akhirnya gue bakal nemuin dokter yang tepat untuk menyembuhkan penyakit gue. Namun, pikiran itu terlintas hanya sesaat. Detik selanjutnya gue mengumpat ketika membaca papan Rumah Sakit. Tertulis gede-gede “RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK HERMINA : MELAYANI PERSALINAN”
“Anjrit!! Persalinan!? Sur, gue mah mencret doang, bukan mau ngelahirin!!”
“Oh, yah…kayaknya si ada dokter umumnya Ca, kalo ndak ada yo wis, cari RS lain lah…”
“………….Masa gue bakal di USG gara-gara mencret??”
Meskipun, pada akhirnya, semua kekhawatiran gue sirna. Ternyata, ada juga dokter umumnya.
Gue dicek tensi. Normal. Terus pake stetoskop. Ditenmpelin di perut. Perut gue ditekan-tekan. Dipukul-pukul dikit. Dokternya bingung. Dia bilang “Rambut di perutmu seperti hutan…”
Bukan!!
Dia bilang “Hmmm, kayaknya perlu tes lab”
Gue dibawa ke lab. Ternyata cuma diambil sampel darah doang.
Nunggu bentar, sampai hasilnya keluar. Kata dokternya sih, hasil cek darah gue semuanya bagus. So, diagnosa DB atau tipus yang pernah dikeluarkan Suryadi sirna. Gue lega.
Gue tanya ke dokter “Terus, saya sakit apa ya dok?”
“Hmmm, yah, lambung anda banyak terisi oleh enzim. Gampangnya, kelebihan enzim. Jadi kadang ada suara grucuk-grucuk di lambung kan?”
“Ha?” gue ga mudeng
“Yah, secara lebih gampangnya, ini yang dinamakan KEMBUNG. Dan anda juga menderita MENCRET.”
“Oh! KEMBUNG?....dan MENCRET?”
Man, gue jauh-jauh ke Rumah Sakit dengan kekahwatiran penuh. Was-was kalo kena DB atau Tipus. Lha ternyata malah kena KEMBUNG…dan MENCRET.
Sekalian gue tanya aja "Dok, bisakah KEMBUNG membuat saya terbunuh!??" Umur saya tinggal berapa windu lagi neeeeh???"
Kenapa harus KEMBUNG dan MENCRET si!??
Iyah, elite bener penyakit gue!!
Gue beranjak menuju tempat pengambilan obat. Mbak yang melayani gue ramah. Dia bicara dengan lemah lembut. Penuh senyum. Berbicara layaknya gue adalah orang yang memang harus dihormati meskipun gue sedang menderita mencret. Dia bilang dengan pelan ditengah antrian para pencari obat, “Mas, ini obat untuk lambungnya, diminum 2 kali sehari yah.”
Gue jawab pelan “Iyah…”
Kemudian dia bilang lagi, “Nah, untuk mencretnya, 3 kali sehari 2 tablet yah..”
“Iya”, kata gue
Eh, dia bilang lagi dengan nada aga keras “Inget lho Mas, OBAT MENCRETNYA 3 KALI SEHARI.YAH?”
Pengantre disebelah gue ketawa…
Anjrit…
Kali ini dengan nada pasrah, gue bilang “Iya…”
Heh, untung de, berkat obat yang diberikan sama dokter, sekarang gue udah lebih baikan. Gue mulai pulih dari diare.

Heh, syukurlah! On fire ni buat kerja lagi.
Huooooooh!!!

0 komentar:

Posting Komentar

 
Design by Fajri Alhadi | Published by Template Dyto Share.us | Download Film Terbaru
Sisi Remaja Ebook Teknisi Komputer